Sejak awal berdirinya Yayasan Glaukoma Indonesia( YGI ) Tahun 1994, YGI selalu berusaha untuk melakukan sosialisasi penyakit mata glaukoma yang dapat mengakibatkan kebutaan permanen dan juga berdampak negatif terhadap baik penyandang maupun lingkungan dan juga membantu biaya operasi penyandang glaukoma prasejahtera.

“Berlandaskan pemikiran dan ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya bahaya kebutaan permanen tersebut sehingga deteksi dini dapat dilakukan maka YGI dalam rangka World Glaukoma Week Maret 2018 yang akan datang mengadakan acara Quiz World Glaucoma  Week 2018 Yayasan Glaukoma Indonesia”, ujar Susana Paulina Masmir selaku Ketua Pengurus YGI di Restaurant  Aruba Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan (23/8/2017).
Sementara Pendiri dan sekaligus Pembina YGI Arleen Djohan mengatakan ” Kami mengajak seluruh anggota masyarakat Indonesia untuk menjadi peserta Quiz dan informasi acara Quis dilakukan lewat website, media cetak, media elektronik, Quiz berupa menjawab pertanyaan tentang glaukoma dan mengirimkan foto karya  hitam putih atau berwarna yang disesuaikan dengan tema ” Mata Kita Jendela Dunia ” terang Arleen.
” Acara Final rencananya dilaksanakan pada 15 Maret 2018 di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang Siwabessy, Rasuna Said, Jakarta. Dan nanti akan diliput oleh stasiun TV, media cetak dan elektronik, dan pada acara final juga akan diadakan pemilihan pemerhati tentang glaukoma dari kalangan masyarakat luas.
Syarat ikut kepesertaan adalah Foto copy KTP dan kirim jawaban pertanyaan beserta foto hasil karya peserta kepada panitia lewat website www.glaukoma.or.id atau email info@glaukoma.or.id dan bisa juga melalui Facebook facebook.com/GlaukomaIndo juga Instagram @yayasanglaukoma dan twitter @GlaukomaIndo “, papar Arleen.
Pada kesempatan yang sama Dr.dr.Andika Prahasta SpM MKes selaku Pengawas Pengurus YGI sekaligus Team Quiz  mengatakan bahwa ” Glaukoma adalah penyakit mata yang diakibatkan oleh adanya tekanan tinggi pada bola mata yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf mata, meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan – jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang mata”, tutur dr. Andika saat Konferensi Pers siang tadi.
” Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan glaukoma kronis antara lain resiko akan meningkat pada usia 40 tahun keatas sekitar satu persen dan pada 65 tahun keatas sekitar lima persen.
Dapat terjadi juga pada semua ras, dan dalam riwayat keluarga apabila ada yang terkena glaukoma terutama glaukoma kronis, sebaiknya memeriksakan mata secara rutin apalagi umur lebih dari 40 tahun dan disarankan juga agar anggota keluarga yang lain untuk juga memeriksakan diri” tegas Andika.
Menurut Andika, gejala glaukoma kronis pada penderita adalah terjadi penurunan penglihatan atau hilangnya pandang berupa adanya area lingkungan yang tidak terlihat ( gelap) diatas atau dibawah penglihatan sentral. Dan gejala pada penderita glaukoma akut adalah mata merah dan terasa nyeri, terkadang terlihat gambaran pelangi sewaktu melihat bola lampu”, terangnya.
Koordinator Quiz World Glaucoma Week 2018 Yayasan Glaukoma Indonesia Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro mengatakan ” Saya sangat mendukung dan mengapresiasi acara atau kegiatan tersebut karena kita ingin mensosialisasikan tentang bahaya glukoma itu di masyarakat, agar masyarakat mengerti dan bisa menjaga kesehatannya terutama kesehatan mata, karena mata adalah jendela dunia” pungkas Kanjeng Norman.
(RD)