Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) glaukoma merupakan penyebab kebutaan ke 2 terbesar diseluruh dunia setelah katarak. Kebutaan akibat glaukoma sebetulnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan penatalaksanaan yang tetap agar tak berlanjut menjadi kebutaan yang permanen.
Pemeriksaan dan pengobatan glaukoma harus diberikan secara rutin dan kontinu sehingga dibutuhkan kerja sama dan dukungan dari dokter, organisasi profesi , dan partisipasi masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran pada pasien akan pentingnya deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat.
Tak banyak yang tahu tentang penyakit glaukoma , karena memang masih kalah pamor dibandingkan dengan katarak. Padahal saat ini glaukoma menjadi penyebab kebutaan ke-2 , dan menjadi penyebab kebutaan permanen (ireversibel) terbesar di dunia.
Glaukoma adalah penyakit yang menyerang syaraf mata manusia, hingga terjadi kerusakan struktur dan fungsional syaraf yang bersesuaian. Kerusakan tersebut terjadi mendadak atau perlahan tergantung pada tekanan bola mata penderitanya. Kerusakan yang terjadi akan menyebabkan gangguan penglihatan hingga akhirnya menyebabkan kebutaan permanen. Tidak semua jenis glaukoma diketahui penyebabnya.
Berdasarkan ada atau tidaknya penyebab, glaukoma dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Jenis glaukoma yang diturunkan dan tidak diketahui sebabnya disebut glaukoma primer
2. Jenis glaukoma yang diketahui penyebab nya diawbut sebagai glaukoma sekunder
Apabila dalam satu keluarga diketahui ada yang menderita glaukoma primer, maka keluarga terdekat beresiko besar menderita glaukoma jenis ini juga.
Glaukoma primer ada yg memiliki gejala yang khas seperti serangan akut, namun ada juga yang tanpa gejala (asimtomatik) hingga pasien menjadi buta tanpa disadari. Sementara glaukoma sekunder bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain trauma mata, peradangan, diabetes (kencing manis), pendarahan dalam mata, bahkan katarak pun bisa menyebabkan glaukoma.
Apabila kedua jenis glaukoma ini digabungkan insidennya, mama penderita glaukoma secara keseluruhan akan lebih banyak daripada yg diperkirakan WHO.
Pengobatan glaukoma sangat tergantung pada jenis glaukoma yang diderita. Penting untuk diingat bahwa glaukoma primer memerlukan pengawasan dokter seumur hidup. Secara umum pengobatan glaukoma dapat dibedakan menjadi terapi obat, laser, dan oprasi filtrasi. Pada tahap awal biasanya diberikan obat-obatan berupa obat tetes dan obat minum. Obat tetes yang diberikan harus terus dipakai untuk mengontrol tekanan mata. Apabila dengan obat glaukoma belum teratasi, maka dapat dilakukan tindakan laser atau operasi.
Ada beberapa jenis obat tetes untuk glaukoma yang ada di Indonesia yaitu : timolol, prostaglandin analog (travoprost, latanoprost), brinzolamid dan pilocarpine. Obat-obatan tersebut dapat diberikan satuan atau dalam kombinasi tergantung pada tingginya tekanan bola mata. Pemakaian obat glaukoma harus kontinu (terus menerus), karena bila obat dihentikan tekanan bola mata dapat meningkat dan kerusakan dapat berkelanjutan.